Ibadah Tekun, Ngaji Rajin, Tapi Kelakuan Kok Masih Bobrok? Berarti Salahnya Disini


Bukankah telah dipaparkan kalau shalat menghindari perbuatan keji dan juga munkar.. .

tetapi mengapa masih banyak orang yang giat shalat tetapi suka menjelek jelekan teman ?

logika aja, orang yang kerap turut pengajian dan juga mencermati nasihat - nasihat agama yang baik, mengapa masih suka berbuat zolim?

berikut pembahasan yang bisa jadi hendak membuka pengetahuan kita seluruh.. . .

dalilnya, kita banyak menciptakan orang ngaji yang perilakunya malah jauh dari nilai islam.

terdapat pengusaha muslim, giat ngaji alhamdulillah, binaan pengajiannya juga banyak, tetapi berikan honor buat karyawannya di dasar standar upah semestinya. ataupun, senantiasa telat dalam pembayaran upah pekerjanya, sementara itu dia sanggup buat menunaikan pas waktu, tetapi terencana mengulur waktu.

“menunda penunaian kewajiban (untuk yang sanggup) tercantum kezholiman” (hr. bukhari nomor. 2400 dan juga muslim nomor. 1564)

melansir islampos. com, terdapat lagi orang pengajian yang bila memohon dorongan rekannya buat melaksanakan sesuatu pekerjaan, cuma berikan perkataan terima kasih tanpa bayaran handal. " makasih ya akhi/ ukhti.. . lain kali bantu aku lagi ya. "

terdapat lagi yang bila digunakan jasanya nyatanya tidak amanah ataupun mutu pekerjaannya tidak baik.

sebetulnya rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan juga para teman - temannya merupakan muslim dengan mutu luar biasa tidak cuma dalam beribadah pada allah, melainkan pula dalam ranah pekerjaannya.

baca pula: teratur cek ke dokter sudah berbadan dua 7 bulan balita bunda ini " lenyap " terdapat sihir mencuri balita?

rasulullah dan juga teman memperlakukan teman dengan trik tersadu dan juga tidak menzalimi kerabat seorang diri. terlebih pada orang yang dipekerjakan, rasulullah menyuruh kita buat menunaikan hak pekerja saat sebelum keringat mereka kering.

“berikan kepada seseorang pekerja upahnya saat sebelum keringatnya kering. ” (hr. ibnu majah, shahih).

Al munawi mengatakan, " diharamkan menunda pemberian honor sementara itu sanggup menunaikannya pas waktu. yang diartikan membagikan honor saat sebelum keringat sang pekerja kering merupakan ungkapan buat menampilkan diperintahkannya membagikan honor sehabis pekerjaan itu tuntas kala sang pekerja memohon walaupun keringatnya tidak kering ataupun keringatnya telah kering. ” (faidhul qodir, 1: 718)

jangan kaget bila setelah itu menyebar isu tentang perlakuan kurang baik kamu pada karyawan, karna kehormatan kamu sudah halal akibat kezaliman yang dicoba.

“orang yang menunda kewajiban, halal kehormatan dan juga pantas memperoleh hukuman” (hr. abu daud nomor. 3628, an nasa - i nomor. 4689, ibnu majah nomor. 2427, hasan).

iktikad halal kehormatannya, boleh aja pekerjanya memberitahu pada teman kalau majikan ini biasa menunda kewajiban menunaikan honor dan juga zalim. pantas memperoleh hukuman merupakan dia dapat aja ditahan karna kejahatannya tersebut.

baca pula: identitas orang wafat karna santet ataupun teluh dan juga trik menyembuhkan orang disantet

idealnya, seorang yang turut pengajian, mestinya pemahamannya hendak ajaran islam sudah dalam, dan juga jago dalam mempraktikkan ajaran islam di kehidupan tiap harinya.

orang pengajian harusnya jadi orang yang jauh dari perilaku menzalimi teman terlebih kerabat seorang diri.

hendak namun.. . untuk yang terzalimi, perilaku yang pas merupakan.. . tidak menyandarkan kezaliman seorang, dengan statusnya bagaikan orang pengajian.

bagaimanapun orang pengajian tidaklah malaikat yang tidak memiliki kesalahan.

terlebih dengan menghubungkan dengan shalat.. . , sudah giat shalat tetapi masih aja zolim.. .

karna dalam penerapannya, mutu shalat yang dilaksanakan berbeda - beda. ataupun, seorang yang shalat, shalatnya sering - kali bermutu besar, sering - kali rendah. ini bergantung suasana dan juga keadaan hati dan juga raga kala shalat.

nah, perihal seperti itu yang membedakan shalat mereka betul - betul khusuk dan juga diterapkan dalam kehidupan ataupun sekadar gugur kewajiban.. . naudzubillah kita jangan hingga.. . .

bicara hal - hal mutu shalat, ibnul qayyim al - jauziyah mengklasifikasi orang yang shalat kedalam 5 kelas. kelima kelas tersebut antara lain:

1. mu’aqqab
mu’aqab maksudnya disiksa. hektometer, kok yang melangsungkan shalat disiksa sih? ya, begitulah, kawan. dalam al - quran jelas terdapat data kalau musibah untuk orang yang suka shalat, ialah yang lalai dan juga riya (amati q. s. al - ma’un [107]: 4 - 6! ).

kriteria mushalli yang mu’aqqab yang dipaparkan oleh ibnul qayyim merupakan orang yang mengabaikan aturan - aturan seputar shalat dari mulai waktu shalat, wudlu, hingga rukun - rukun shalat. shalatnya cuma sekadar buat penuhi kewajiban (formalitas). orang serupa ini condong malas melangsungkan ibadah shalat.

2. muhasab
muhasab berarti dihisab. artinya merupakan shalatnya diperhitungkan oleh allah. orang ini sanggup melindungi waktu shalat, wudlu, syarat - syarat dan juga rukun - rukun shalat, namun masih terbatas pada aspek zhahiriyahnya aja. sebaliknya aspek ruhiyah (kekhusyuan) kurang dicermati sampai - sampai kala shalat dijalankan, pikirannya dipadati oleh lamunan - lamunan tidak berarti.

3. mukaffar ‘anhu
tingkatan ketiga dalam kualoitas shalat bagi ibnul qayyim merupakan mukaaffar ‘anhu yang maksudnya diampuni (dihapus) dosa dan juga kesalahan. yang menempati tingkatan ini merupakan mereka yang sanggup melindungi shalat dan juga seluruh ruang lingkupnya, setelah itu dia bersungguh - sungguh buat melawan intervensi setan. dia berupaya menghalau lamunan dan juga benak yang terlintas.

4. mutsabun
tingkatan mutsabun ataupun yang diberi pahala mempunyai identitas serupa tingkatan mukaffar ‘anhu. lebihnya merupakan dia betul - betul iqamah (mendirikan shalat). dia hanyut dan juga tenggelam dalam shalat dan juga penghambaan kepada allah swt..

5. muqarrab min rabbihi
yang terakhir merupakan tingkatan yang amat hebat. mereka yang menempati tingkatan ini merupakan orang yang kala shalat, hatinya langsung tertuju kepada allah. dia betul - betul merasakan kedatangan allah sampai - sampai dia terasa memandang allah (ihsan). tingkatan ini merupakan muqarrab min rabbihi (didekatkan dari allah).

orang yang berposisi di tingkatan ini bukan cuma menadapat pahala dan juga ampunan namun dia juga dekat dengan allah karna shalat dia peruntukan bagaikan penyejuk mata dan juga penentram jiwa.

wah.. . . bila kita bermuhasabah, berposisi di tingkatan yang manakah mutu shalat kita? hektometer, minimun mudah - mudahan kita tercantum kelompok mukaffar ‘anhu. optimal, ya menempati tingkatan muqarrab min rabbihi.

so, ayo kita berupaya terus melindungi shalat kita di tiap waktu. ingat, shalat itu menggambarkan rukun islam yang kedua. bila lalai dari shalat, berarti kita telah menggugurkan rukun islam yang kedua ini.

nah, tingkatan kekhusyukan shalat aja sudah tentu mempengaruhi pada perilaku kita.. . kita ini hamba allah pada tingkatan berapa?

jadi walaupun giat shalat belum tentu kita jadi baik bila kita belum menggapai tingkatan khusuk yang amat sempurna ialah muqarrab min rabbihi.

terlebih yang hingga lalai dan juga meninggalkan shalat.

shalat itu tiang agama. bila shalat ditinggalkan, hingga kita meruntuhkan bangunan agama. oleh karna itu, ayo melindungi shalat sebagaimana perintah allah swt. :

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

“peliharalah seluruh shalat (mu) dan juga (peliharalah pula) shalat wustha[1]. berdirilah buat allah (dalam shalatmu) dengan qanit[2]! ” (q. s. al - baqarah [2]: 238).

penjelasan:
[1] shalat wusthaa yakni shalat yang di tengah - tengah dan juga yang amat utama. terdapat yang berkomentar, kalau yang diartikan dengan shalat wusthaa yakni shalat ashar. bagi mayoritas pakar hadits, ayat ini menekankan supaya seluruh shalat itu dikerjakan dengan sebaik - baiknya.

[2] qanit maksudnya penuh ketaatan. mematuhi segala ketentuan dalam shalat.



(Sumber :http://www. wajibbaca . com/2018/03/ibadah-tekun-ngaji-rajin-tapi-kelakuan.html)